Mohon tunggu...
Iswanti Ajah
Iswanti Ajah Mohon Tunggu... -

Seorang teman yang masih muda dan senang olahraga meninggal dalam sebuah perjalanan, bukan karena kecelakaan, tapi karena terkena serangan jantung. \r\n\r\nPagi-pagi teman alm kirim bbm pada temannya. Bunyi bbmnya, dia senang mau pulang. Dia juga bilang harus mengikhlaskan kepergian Alm, biar dia tenang. Ternyata sorenya yang kirim bbm ini juga "berpulang". \r\n\r\nKematian merupakan suatu peristiwa yang pasti bagi setiap makhluk-Nya. Hanya soal waktu saja.\r\n\r\n-- Menulis untuk bisa dikenang oleh keluarga dan handai taulan\r\nhttp://isonetea.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berkunjung ke Pulau Tidung

25 Desember 2014   13:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:29 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kadang kita merencanakan sesuatu jauh hari, tapi rencana tersebut tidak terlaksana. Namun kadang hal yang mendadak malah terlaksana.Itulah yang terjadi padaku dan seorang temanku.Pada H minus 2, kami berencana mengunjungi Pulau Tidung. Selama ini teman-temanku yang pernah ke sana selalu ikut rombongan, sedangkan aku hanya berdua dengan temanku. Bukannya tidak mau pergi rombongan, tapi memang teman-teman yang belum ke Tidung tidak ada yang bisa ikut karena rencana dadakan ini. Pada H-2 itu aku berusaha mencari informasi, baik lewat googling maupun bertanya pada yang pernah mendaratkan kakinya di Pulau Tidung.Dari hasil googling didapat info, bila lewat agen wisata Tidung, kita harus booking H-2 minggu. Suatu hal yang mustahil aku lakukan. Maka berbekal nomor telepon beberapa penginapan, info jadwal keberangkatan Kereta Commuter Bogor-Jakarta dan jadwal kapal, aku dan temanku siap meluncur ke Pulau Tidung.

Awalnya kami akan mengejar kereta paling pagi dari Bogor, yaitu jam 04:04, tapi karena pertimbangan solat subuh, maka kami pilih waktu setelah solat. Waktu yang pas adalah kereta keberangkatan jam 04:25.Namun saat solat di depan pelataran Dunkin Donut Stasiun Bogor (musholla sedang dipugar), kereta berangkat dengan cueknya meninggalkan kami. Alhamdulillah masih ada kereta jam 04:36. Ternyata kereta masih lowong. Tahu begitu solat di kereta saja, ya, jadi duduk bisa diatur, solatnya bisa menghadap ke arah kereta jalan. Tapi ingat kata-kata teman, “Ih, mentingin Tidung amat sih, sampe solat aja jadi ala kadarnya.” Kan, bisa solat dalam perjalanan hehe.

Pukul 06:00 kami tiba di Stasiun Kota. Toko-toko di sekitar stasiun masih tutup. Alhamdulillah tas kami sudah penuh perbekalan, jadi tidak takut kelaparan selama di kapal. Lalu kami bergegas menuju ke depan Bank Mandiri yang ada di Kota Tua (tidak jauh dari Stasiun Kota) untuk mengejar bis Kopami 02. Ternyata bis yang berwarna biru seperti warna biru angkot di Kabupaten Bogor ini banyak yang ngetem di sana. Aku tidak berani melihat jam karena takut membayangkan ditinggal kapal. Jadwal kapal tradisional yang kucatat dari hasil googling untuk hari non week end adalah jam 06:30. Ada juga yang menulis jam 07:00. Entah mana yang benar. Alternatif lain adalah naik kapal kerapu di pelabuhan baru Kali Adem, tak jauh dari pelabuhan lama Muara Angke.Jadwal keberangkatannya jam 08:00, namun antriannya yang menggunakan tas dijejerkan (katanya) mulai dari subuh. Namun kapal cepat yang disubsidi pemerintah ini ada kuota penumpangnya. Karena kapal tradisonal bisa menampung sekitar 200 penumpang, maka aku bulat memilih naik kapal tradisonal, karena kesempatan terangkutnya besar. Hanya waktunya yang buat deg-degan haha. Pilihanku ternyata tepat, karena ternyata kapal kerapu sedang tidak beroperasi.

Perjalanan dari Stasiun Kota  hingga  dermaga lama Muara Angke memakan waktu kira-kira 45 menit. Kami diturunkandi belokan depan Pembangkit Listrik Muara Karang, dekat jembatan, sedangkan bis Kopami belok kiri menuju Terminal Muara Karang. Saat kami turun, ada angkot merah U11 yang mengantarkan kami ke Pelabuhan Muara Angke. Tiba di sanaternyata sedang banjir. Dari kejauhan terlihat genangan air berwarna hitam. Sangat tidak mungkin kami menerobos genangan itu. Di sekitar kami saat itu ada mobil odong-odong yang berjejer. Ketika kami akan menuju salah satu odong-odong itu, tiba-tiba ada mobil odong-odong yang sudah berpenumpang berhenti dan mengajak kami ikut. Alhamdulillah odong-odong langsung meluncur ke pelabuhan. Sedikit mengurangi sutris karena berpacu dengan waktu, euy!

Tiba di pelabuhan sudah berjejer banyak kapal nelayan. Alhamdulillah kapal ke Tidung masih ada. Akhirnya kami terangkut juga ke Pulau Tidung. Ternyata jadwal kapal memang tidak tetap. Kalau cepat penuh, jam 06:00 kapal bisa berangkat. Kapal ke Tidung saat itu berangkat jam 7:30-an. Jadi kami menunggu lebih dari 30 menit di kapal. Biarlah menunggu dari pada gagal ke Tidung gara-gara ketinggalan kapal hehe.

Kapal tradisional berlantai dua ternyata tidak hanya dijejali penumpang, tapi juga barang, seperti telur berpeti-peti, kopi berdus-dus, dan barang lainnya. Penumpang bisalesehan di dalam atau pun di luarkapal .Bisa jadi daya tampung tidak sampai 200 karena banyak penumpang yang datang lebih  awal memilih VW, bahkan ada yang dalam posisi tidur sempurna, terlentang. Tapi begitulah kita harus banyak permakluman dalam angkutan umum hehe. Aku dan teman, karena kehabisan tempat, duduk di luar, di samping pintu nahkoda. Namun aku senang bisa melihat laut dari dekat. Aku bisa melihat perubahan warna air laut, mulai dari dermaga yang berwarna hitam, lalu menjadi hijau, lalu biru tua yang menandakan laut dalam. Karena duduk di luar, panas matahari terasa dahsyat menyentuh kulit. Untung aku bawa masker dan kaca mata hitam, jadi wilayah wajah yang tidak tertutup bisa terlindungi dari paparan panas yang menyengat. Saat di kapal kami baru menelepon beberapa penginapan. Aku mencatat nama beberapa penginapan yang kupikir dari namanya terdengar aman. Saat itu aku menelepon dua penginapan. Dua-duanya bertarif Rp250.000,00 permalam. Akhirnya aku memilih penginapan bernama Kautsar. Alhamdulillah tarif bisa nego menjadi Rp200.000,00.Mungkin karena yang bermalam hanya dua orang.Penginapan itu bisa menampung 4-5 orang perkamar. Oiya, jangan lupa membawa nomor HP beroperator Telkomsel atau Indosat. Nomor selain yang dua itu tidak bernyawa di laut 1 jam menuju Tidung. Ingat, jangan sampai Anda kehilangan gaya karena tidak bisa ngenet selama di Tidung hehe.

Akhirnya setelah kira-kira 2 jam mengarungi lautan dan melewati beberapa pulau, dari kejauhan terlihat sebuah pulau dengan masjid megah berwarna putih. Setengah jam kemudian kami mendarat di dermaga Pulau Tidung. Saat ditelepon, ternyata CP penginapan kautsar sudah menunggu di dermaga. Lalu kami diantar ke penyewaan sepeda. Harga sewa sepeda adalah Rp15.000,00 per 24 jam. Sudah lama tidak mengendarai sepeda jadi agak tidak pede karena lebar jalan berpaving block hanya 2 meter dan harus berpapasan dengan bentor khas Pulau Tidung. Di penginapan kami beristirahat sebentar, lalu menjelang zuhur kami bergegas dengan mengowes sepeda menuju masjid putih yang kami lihat dari kapal. Tiba di sana saat azan. Karena sudah wudhu dari penginapan aku langsung naik ke lantai dua, khusus wanita. Lebih dari 5 menit solat berjamaah belum juga dimulai. Kulihat di bawah hanya ada  3 orang laki-laki. Jadi ingat percapakanku dengan seorang anggota sebuah jamaah dari Hyderabad India yang mengunjungi Indonesia. Orang India ini bilang masjid-masjid di Indonesia jamaahnya sedikit saat solat fardu. Sedangkan di India ratusan. Yah, harus menjawab apa diriku ini hehe.

Beres solat, kami langsung meluncur ke Jembatan Cinta. Mendekati TKP, kami mengayuh sepeda di antara dua pantai. Pantai sebelah kiri terlihat sangat jernih.Kami berhenti sebentar hanya untuk poto-poto. Tiba di kawasan Jembatan Cinta, kami memarkir sepeda di area parkir. Tarif parkir di semua spot adalah Rp2000,00. Saat itu tengah hari. Panas menyengat, jadi tidak begitu banyak orang di sana. Yang kami lakukan adalah mengisi perut. Betapa enaknya minum air kelapa ditambah es dan makan bakso. Karena BBM naik, harga kelapa pun menjadi Rp15.000,00. Komentar temanku tentang bakso yang kami makan di sana adalah seperti makan kawat, karena mie dan bihunnya masih keras hehe.

Setelah makanan turun, kami menuju ke Jembatan Cinta yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dan Kecil. Di dekat jembatan banyak penyewaan snorkeling ataupun penjualan tiket wahana air seperti banana boat, donat boat, rolling boat,dll. Anda harus siap basah kalau berminat mencoba wahana mendebarkan dan membutuhkan stamina ini, karena pada akhirnya penumpang wahana akan ditumpahruahkan ke laut. Semua wahana dan alat snorkeling bertarif Rp35.000,00.

Saat berjalan di Jembatan Cinta, kami melihat ada sekelompok anak muda sedang berjalan di laut. Ternyata air laut sekitar jembatan tidak dalam! Aku yang tidak berniat basah-basahan akhirnya mengikuti jejak mereka. Kami mulai berjalan dari ujung jembatan dari sisi Pulau Tidung Kecil. Alhamdulillah ada penjaga pantai yang memberi kami plastic besar, sehingga tas dan bawaan kami bisa dimasukan ke dalam plastik. Kami berjalan dengan memanggul kantong plastic besar. Tapi karena di air, kantong itu malah bisa menjadi balon pelampung.Saat berjalan dari jembatan dua orang penjaga pantai memperingatkan kami agar memakai alas kaki, karena ada ikan yang hidup di terumbu karang dan juga bulu babi. Menurut mereka bila kaki kita digigit ikan kepu bisa mengakibatkan kaki kita tidak bisa digerakkan. Lalu kami menu njukkan bahwa kami sudah memakai sepatu. Awalnyakami bertelanjang kaki, tapi karena sakit jalan di atas terumbu karang, maka kami memakai sepatu kami. Tidak salah deh memakai sepatu serba guna, Crock hehe.

Tidak terasa berjalan ternyata ketinggian air sudah mencapai dada. Kami ketakutan. Bagaimana tidak takut, saat itu tidak ada orang, kecuali kami. Kalo terjadi apa-apa kan gawat karena kami juga tidak memakai life vest. Ternyata sehari sebelum kami ke sana, ada orang yang meninggal di laut karena tiba-tiba ada ombak. Jadi memang harus berhati-hati. Bagusnya memang memakai life vest dan alat snorkling dan ada guidenya. Alhamdulillah kami tahu diri hehe.

Saat di darat, kami baru sadar tenyata plastik kami bocor.Tas dan bajuku basah! Alhamdulilah HP dan barang berharga lainnya selamat, karena memang kami masukkan ke dalam tas plastic. Sambil berjemur, kami mulai menyadari kawasan Jembatan Cinta mulai dipenuhi pengunjung.Saat itu waktu sudah mendekati sore. Oh, jadi banyak yan g keluar penginapan menjelang sore. Kami tidak sanggup menunggu sunset di Jembatan Cinta. Akhirnya kami memutuskan kembali ke penginapan. Menurut pengelola wahana air, sunset dan sunrise bisa dilihat di Jembatan Cinta.Oiya, kami baru tahu ternyata Jembatan Cinta terletak di ujung Timur Pulau Tidung, jadi cocok untuk melihat sunrise. Sedangkan sunset cocok dilihat di ujung barat, yaitu di Pantai Saung. Tapi kalau kami balik lagi pada subuh hari ke Jembatan Cinta, berarti kami tidak bisa mengunjungipantai di sebelah barat. Akhirnya, kami memutuskan untuk mengejar sunrise di spot yang salah, di pantai ujung barat Pulau Tidung haha.

Jam 05:15 kami keluar dari penginapan. Masih gelap dan jalanan lengang. Banyak sepeda dan motor terparkir di pinggir jalan. Sepertinya di sini keadaannya aman. Karena takut tidak aman, kami memasukkan sepeda sewaan kami ke penginapan, kan berabe kalo harus ganti haha. Lagian dipikir-pikir kalo mau nyuri juga si pencuri mau naro di mana itu sepeda, masa mau berenang pake sepeda ke Muara Angke? Haha. Untung saja penginapan kami cukup luas, terdiri dari ruang tamu (terdapat dispenser air panas dan TV), ruang tengah untuk tidur, dan kamar mandi.

Perjalanan menuju Pantai Saung melewati semak-semak. Agak takut juga sih karena kami hanya dua orang wanita.Jalanan menuju ke pantai pun banyak cabangnya.Jadi setiap bertemu penduduk pasti kami tidak segan untuk bertanya hehe.Sebelum tiba di pantai tujuan, kami mendarat di sebuah jembatan dari bambu yang terputus. Temanku menyebutnya Jembatan Putus Cinta haha. Di sana kami masih melihat warna jingga di kaki langit. Kami tidak bisa berlama-lama di Pantai Saung, karena harus mengejar kapal yang berangkat jam 08:00.

Selama kami di Pulau Tidung, kami sempat melintasi beberapa sekolah, yaitu: MTs, SMK dan MAN, puskesmas yang megah, juga ada rumah tradsional joglo, kantor kelurahan di mana terdapat ATM Bank DKI, juga lewat kantor kecamatan. Pulau Tidung sendiri merupakan sebuah kelurahan dari Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, yang memiliki dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Selatan. Pulau Tidung masuk ke dalam Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Awalnya kepulauan Seribu masuk ke dalam Kotamadya Jakarta Utara. Lalu ditingkatkan statusnya menjadi Kabupaten Administrasi. Penduduk pulau iniberasal dari Provinsi Banten dan juga ada orang Betawi. Mereka ramah terhadap pendatang. Mudah-mudahan mereka tidak tercemari oleh tingkah laku para pengunjung, karena selama di Pulau Tidung kami melihat banyak pasangan muda yang mudah-mudahan saja mereka adalah pasangan menikah. Pemakaian steroform sang sampah abadi seharusnya dihindari, untuk itu ada baiknya LSM yang concern terhadap persampahan dating dan memberi pengarahan kepada penduduk agar menggunakan kemasan yang ramah lingkungan.

Kunjungan singkat ke Pulau Tidung bagiku sangat berkesan, karena bisa melihat keindahan alam berupa kejernihan laut sehingga kita bisa melihat biota yang ada di dalamnya, juga karena aku bsia bersepeda yang sepertinya bisa membakar kalori dalam jumlah banyak haha. Berharap bisa ke sana lagi supaya bisa siap bersnorkling riya hehe.

1419464685366262065
1419464685366262065

[caption id="attachment_385897" align="aligncenter" width="556" caption="depan penginapan"]

1419464781909251513
1419464781909251513
[/caption]

[caption id="attachment_385900" align="aligncenter" width="526" caption="jembatan putus cinta"]

141946503853932032
141946503853932032
[/caption]

141946507744925890
141946507744925890

14194649391786310411
14194649391786310411

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun