Emak sedang gundah. Benduk, nama panggilan putri semata wayangnya belum rancak memasak. Sudah beberapa kali hasil olahan tidak memenuhi harapan.
Sayur bening yang biasanya berkuah bening, menjadi tidak bening. Entah apa yang sudah ditambahkan.
"Nduk..ini sayur beningmu?"
"Iya Mak..coba Emak cicipi. Rasanya menggugah. Sayur bening jempolan," sahut Benduk sambil membereskan sisa tangkai bayam.
"Kok pekat begini? Kau kasi apa?" tanya Emak sambil mulai memilah-milah permukaan sayur kemudian menciduk kuahnya untuk dicicipi.
Ketika kuah sayur terseruput, air wajah Emak langsung berubah.
"Ini lodeh. Ini sayur lodeh bukan sayur bening. Tapi kalau lodeh, rasanya kok begini? Kau pakai santan apa nggak?" ujar Emak meyakinkan Benduk. Kepalanya berputar mencari bekas bungkus santan kemasan. Yang dicari tidak nampak.
"Iya Mak.. Sayur bening rasa lodeh. Tu in wan Mak," sahut sang putri tenang dan datar tanpa menoleh sedikitpun ke arah Emak.
Kemudian, "Tadi sedang nyayur, Bopo nelpon agar dibuatkan sayur lodeh."
"Halah..Nduuk.. Nduk.. Mbok ya cari alasan lainlah.. Sejak kapan Bopomu suka lodeh?"