Mohon tunggu...
o n e t  b u r t o n®
o n e t b u r t o n® Mohon Tunggu... Wiraswasta - o l e h

Tukang Ojek. Tinggal di Denpasar Bali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rival Sebangku

6 November 2019   23:50 Diperbarui: 6 November 2019   23:59 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Benar Bu..itu nama panggilan saya..," sahut Kobin dengan nada bangga. Seisi ruangan menyorotnya. Termasuk Suginoto yang sudah terlebih dahulu mengetahui nama yang akan terkenal itu.

"Baik..kamu sudah main-main dengan pelajaran Ibu. Kamu sudah tidak serius. Menggunakan nama panggilan. Ini bukan di rumahmu. Dan lagi dari lima soal kuiz, semuanya salah. Jawabanmu ngawur. Asal-asalan. Sekarang kamu harus dihukum! Kamu harus minta maaf ke seluruh kelas! Masuki satu persatu kelas di sekolah ini! Ceritakan perilakumu itu! Terakhir kamu ke ruang komunikasi. Di kantor depan. Ucapkan lagi kalimat-kalimatmu itu ke pengeras suara! Cepat sekarang..!" tegas dan tandas Ibu Lia menghukum Kobin. 

Kobin bergegas lari ke kelas sebelah. Sayup-sayup terdengar Kobin menceritakan kebodohannya itu. Kemudian minta maaf tidak mengulangi lagi. Begitu terus sampai habis seluruh ruangan dimasuki. Tidak kurang dari tiga puluh ruangan. Termasuk beberapa ruang lab dan perpustakaan.

Kakinya mulai terasa gontai. Tetapi dia tidak mau rubuh. Dia sudah menang. Makan gratis seminggu sudah pasti. 

Sekolah yang sungguh luas. Belum lagi ada kelas di gedung bertingkat. Setiap kelas yang dimasuki, suasana menjadi riuh. Kobin siswa baru itu sedang akan terkenal.

Di dalam ruang kelas, Ibu Lia sedang memberi briefing sehubungan dengan perilaku Kobin yang kurang elok itu. Selagi seisi ruangan serius mendengarkan, terdengar suara gemetar Kobin melalui pengeras suara. "Nama saya Joyanco Binary Maronda. Nama panggilan saya, Kobin. Saya mohon maaf karena tidak serius di dalam kelas. Saya berjanji untuk tidak mengulanginya." Kobin mengucapkan sampai tiga kali. Seluruh ruangan di sekolah itu menjadi riuh. 

Kawan seisi kelas tertawa terkekeh-kekeh menyaksikan atraksi kawan barunya itu. Tidak terkecuali Suginoto. Hanya mereka berdua yang memahami situasi itu.

"Ternyata dia bukan orang sembarangan. Aku mengaku kalah..," gumam Suginoto sesaat setelah Kobin masuk kelas dan mendapat standing applaus seisi ruangan. **

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun