Il Principe karya Machiavelli menjelaskan beberapa watak penguasa ideal. Yang pertama adalah pemimpin ideal harus memiliki kemampuan untuk menjadi baik sekaligus buruk, baik dicintai maupun ditakuti. Watak-watak seperti ketegasan, kekejaman, kemandirian, disiplin, dan kontrol diri juga merupakan hal yang paling dibutuhkan dalam menjadi seorang pemimpin ideal – ia tidak boleh menjadi boneka siapapun.
Selain itu, reputasi yang menyangkut kemurahan hati, pengampunan, dapat dipercaya dan tulus juga sangat berguna bagi legitimasi kekuasaan seorang pemimpin. Machiavelli menasihati penguasa untuk melakukan apapun yang diperlukan, betapapun tampak keras dan tercela, rakyat pada akhirnya hanya peduli dengan hasilnya, yakni kebaikan negara.
Seorang pemimpin ideal harus cerdas mengatur balance antara ketegasan dan kebaikan hati. “Ia harus belajar meniru singa yang tangguh dan rubah yang licik, karena singa tidak dapat membela diri sendiri terhadap perangkap dan rubah tidak dapat membela diri terhadap serigala”, demikian kata Machiavelli.[8] Karena itu, pemimpin harus bersikap seperti rubah untuk mengetahui adanya perangkap dan seperti singa untuk menakuti serigala. Mereka yang hanya ingin bersikap seperti singa ataupun hanya seperti rubah adalah seorang pemimpin yang bodoh.
Catatan Kaki:
[1] Sidik Pramono, “Pencitraan dan Takdir Pemimpin di Negeri Ini”, dalam Republika ( 09/10/2015), https://www.republika.co.id/berita/nvwd5p336/pencitraan-dan-takdir-pemimpin-di-negeri-ini, diakses pada 5 November 2021.
[2] Dhika Kusuma Winata, ”Istana: Presiden Jokowi masih Prorakyat”, dalam Media Indonesia (21 Oktober 2021), https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/354703/istana-presiden-jokowi-masih-prorakyat, diakses pada 6 November 2021.
[3] Christoforus Ristianto, “Menteri dari Parpol Dinilai Persulit Jokowi Ambil Kebijakan Pro Rakyat”, dalam Kompas (18/10/2019), https://nasional.kompas.com/read/2019/10/18/10163651/menteri-dari-parpol-dinilai-persulit-jokowi-ambil-kebijakan-pro-rakyat, diakses pada 6 November 2021.
[4] Bertrand Russel, A History of Westren Philosophy (London: Taylor & Francis e-Library, 2004), hlm. 584.
[5] Ikhwan, “Machiavelli: Pembenaran Kekerasan dalam Politik Kekuasaan” dalam Jurnal Al-Ijtima`I, 7:1 (Aceh: April, 2013), hlm. 119.
[6] Niccolo Machiavelli, Il Principe/The Prince, translated by Harvey C. Mansfield (Chicago: University of Chicago Press, 1985), hlm. 50-59.
[7] Ibid., hlm. 65