pinggang dan satunya lagi mengusap-usap kumis hitamnya, tertawa dan berkata pada penonton, dengan Jumawa )
"Aku adalah hitam...! gelap...! pekat...! Kelam...! menghantui...! seram...! mencekam...! geram...! mencibir adalah senyum manisku...! anarki danÂ
intimidasi adalah hasratku...! Tragedy,...obsesiku ! asalku dari negeri angkara durja...! dimanakah itu ? adanya di... jurang petaka ! " ( Kemudian diaÂ
kembali duduk menghadap papan catur di iringi music / lagu Hitam Manis : Favourite's dan taklama kemudian )
Hitam : Â " Wah... kamu curang !"
Putih : Â " Tidak ! kaulah yang licik !"
Hitam : Â " Kamu yang licik !"
Putih :  " Kamu yang curang ! demi kebajikan musnahlah kau !" ( Memukul hingga hitam terjungkal tak  sadarkan diri. Sejenak dia berdiri acuh takÂ
acuh sambil menepuk-nepuk tangan , namun kemudian menghampiri dan mendekatkan telinganya ke dada si hitam memastikan degup jantung nya )
" hmh.....!" ( Sambil kembali menghadap papan catur, mencoba bermain seorang diri. Setelah beberapa langkah ia pun kesal, dirobohkannya sebagianÂ
bidak-bidak catur tersebut )