Selain itu, peran yang sering dilupakan bahwa keamanan maritim sangat berperan dalam mendorong ekonomi biru, di mana maritim menjadi sumber perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional, regional maupun global.
Secara konseptual, ekonomi biru yang diperluas akan menciptakan permintaan yang lebih besar untuk kapabilitas keamanan maritim. Dan ini, pada gilirannya, akan memicu peningkatan investasi dan pertumbuhan dalam kemampuan suatu bangsa dan negara.
Manfaat Ekonomi Biru
Indonesia sesungguhnya ingin mempromosikan konsep ekonomi biru untuk sektor kemaritiman di seluruh dunia kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Konsep tersebut akan dikampanyekan, karena dinilai bisa membantu menyelamatkan ekosistem bumi yang semakin terpuruk akibat eksplorasi ekonomi dunia.
Konsep ekonomi biru bisa menjadi pilihan utama bagi semua negara di dunia, karena menawarkan konsep berkelanjutan dalam pelaksanaannya. Misalnya per hari ini, kita sedang menghadapi masalah kenaikan air laut karena pemanasan global, acidifikasi atau peningkatan kadar asam air laut, dan sampah plastik laut yang bertebaran dimana-mana, sehingga Indonesia harus memiliki "maritime space awareness".
Sikap ini dapat diambil guna menunjukkan komitmen dan sekaligus menggalang dukungan global dalam memanfaatkan potensi kelautan dengan pendekatan keberlanjutan sebagai inti dari konsep ekonomi biru.
Dalam tujuan pembangunan nasional, yang jauh lebih penting adalah dapat menjadi model ekonomi ke depan yang memperhitungkan keuntungan dan strategi inovasi dengan mengikuti kondisi alam. Begitu pula menjadi suatu alat yang dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi ekonomi yang telah kurang baik, dan menciptakan lebih banyak kegiatan dalam bentuk model yang berkelanjutan.
Sehubungan dengan konsep ekonomi biru, pada 2015 lalu, WWF telah melakukan pembahasan dan menghasilkan kesimpulan bahwa laut yang sehat itu potensinya sangat besar bagi perekonomian dunia.
Seperti diketahui, WWF menyampaikan laporannya bahwa potensi yang bisa diraih dengan pendekatan ekonomi biru dapat mencapai USD 24 triliun atau ekuivalen Rp 319,560 triliun.
Catatan Penutup