Mohon tunggu...
onenews sulsel
onenews sulsel Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjelajahi Sulsel Tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Korupsi di Indonesia Ibarat Lingkaran Setan

28 Juli 2018   23:41 Diperbarui: 29 Juli 2018   16:48 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dalam persepsi ini, ada tiga fokus pencegahan, yaitu keuangan negara, perizinan, dan penegakan hukum dan reformasi birokrasi. Terkait keuangan negara, perpres ini akan mendorong pencegahan korupsi mulai dari penerimaan hingga pengeluaran negara", jelas Muhammad Alif dalam catatannya yang diunggah di website, brorivaicenter.com. 

Perkembangan mutakhir, fakta menunjukkan bahwa sebanyak dua pertiga negara di dunia dikatagorikan sebagai negara korup, termasuk negara sekelas Rusia dan Tiongkok juga ikut masuk ke dalam daftar ini.

Karena itu, masalah korupsi menjadi salah satu studi menarik di dunia, dan kini menjadi bagian dari studi strategis dalam konteks analisis dinamika lingkungan demokrasi global saat ini. 

Ditinjau dari adanya "trend" kemerosatan Indeks Persepsi Korupsi di Indonesia, umumnya terjadi karena dinilai banyaknya negara yang bergerak telalu lamban dalam memerangi isu korupsi tersebut, disamping adanya pengaruh budaya, mentalitas, pendidikan, dan sistem politik yang koruptif.

Melalui catatan ini, Muhammad Alif menyerukan "wahai anak negeri, sadar atau tidak, korupsi sepertinya sudah mengakar dan semakin merajalela, ibarat seperti lingkaran setan. Meskipun banyak negara melakukan upaya memerangi korupsi, termasuk di Indonesia, tetapi secara realitas sebagian besar negara masih terlalu lamban untuk bertindak," Tegasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun