Mohon tunggu...
Muhtar Achmad
Muhtar Achmad Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Menuju ASEAN community 2015

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Urgensi Eksploitasi Migas: Antara "Prosperity and Security Approach"

30 Oktober 2014   01:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:14 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam manajemen pembangunan wilayah Kepulauan dipengaruhi oleh  tingkat insularitas sebagaimana disampaikan Benedict (1967) dalam Rijanta (2005) dikemukakan bahwa, "Salah satu faktor yang diduga kuat menentukan tingkat perkembangan suatu wilayah yang berbeda-beda antar bagian dalam wilayah Kepulauan itu sendiri. Semakin tinggi tingkat insularitas wilayah Kepulauan, semakin rumit pula permasalahan yang dihadapinya dalam pembangunan sehingga sebagian besar wilayah dengan tingkat insularitas yang tinggi cenderung berkembang sebagai daerah terbelakang". Lebih lanjut Biagini dan Hoyke (1999) menyatakan bahwa insularitas secara morfologis adalah kondisi wilayah pulau yang dicirikan dengan ukuran yang kecil secara fisik dan jarak yang jauh dari wilayah kontinen. Insularitas morfologis ini berdampak terjadinya insularitas ekonomi dimana perkembangan wilayah hanya terjadi sebagian kecil zona yang kadang-kadang dikenali sebagai pusat pertumbuhan pada wilayah yang semestinya terbelakang.

Untuk itu dalam perlu ditemukan ahli faktor-faktor yang berpotensi menjadi penghambat dan kendala dalam pembangunan wilayah yang geografis Kepulauan sebagai berikut :

1. Skala ekonomi yang kecil karena akses perdagangan dan transportasi perhubungan laut yang terbatas;

2. Isolasi fisik dan sosial karena jauhnya jarak antar wilayah pulau-pulau kecil dengan pusat-pusat kegiatan ekonomi;

3. Migrasi keluar dan dinamika kependudukan mengingat kondisi wilayah Kepulauan membuat orang-orang seolah-olah "Born to Migrate";

4. Terbatasnya peluang diverifikasi tanaman;

5. Terbatasnya ketersediaan sumber air bersih dan kelistrikan untuk mendukung kegiatan-kegiatan ekonomi skala besar;

6. Kuatnya pengaruh musim angin dan cuaca yang tidak bisa diprediksi pada kegiatan ekonomi dan kerentanan terhadap bencana;

7. Konflik antara kebutuhan pelayanan dan jumlah penduduk ambang batas (treshold) yang menyebabkan zerosum game dimana optimasi pembangunan di suatu bidang membuat bidang lain kurang optimal diperhatikan.

Dengan telah dibentuk Kementerian Koordiantor Kemaritiman, semoga percepatan  pembangunan wilayah Kepulauan yang terintegrasi dan sinergis di sektor kemaritiman menyangkut sumber daya migas dan kelautan serta perikanan di wilayah Kepulauan yang notabene perbatasan, pulau-pulau kecil dan terdepan NKRI dapat diwujudkan dalam menuju Indonesia Hebat "The Great Indonesia" yang semakin berdaulat dan sejahtera. Semoga semboyan Inggris Raya yang diimplementasikan Raffles dalam membangun selat Malaka sebagaimana Singapura yang maju saat ini dapat menjadi ruh pada sel-sel sistem kerja kemenko kemaritiman yaitu , "if you rule the Wave, you rule the world". Pembangunan kemaritiman wilayah Perbatasan yang geografis perlu terobosan sistem berpikir "out of the box" dan "the discriminative but constructive policy " demi kedaulatan NKRI dan harga diri martabat bangsa di mata dunia..apalagi 2015 kita sudah masuk Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015...Salam Perbatasan.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun