Mohon tunggu...
masniati muslihi
masniati muslihi Mohon Tunggu... Lainnya - lagi suka belajar baking

Wanita biasa yang masih terus belajar......

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perawan, Laut, dan Kapal

29 Juni 2020   04:08 Diperbarui: 29 Juni 2020   04:41 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat pijar mentari pagi datang dari timur

Menerpa hangat tubuh sang perawan yang duduk dibawah sekoci kapal lambelu dalam bilangan tujuh

Bukan karena ia tak memperoleh tempat karena saratnya penumpang, ia bahkan memesan tiket kelas wahid

Ia berada di tempat itu bukan karena tak punya kawan, ia bahkan kenal dengan para pekerja di kapal itu

Ia berada di tempat itu karena ia pasti akan melihat pemandangan yang tak akan pernah bosan dilihatnya

Ya, hanya biru laut ditengah samudra yang tak akan pernah jemu dimatanya

Ia seakan tidak terganggu oleh orang lalu lalang disekitarnya

Matanya terus menatap samudra sambil sesekali tersenyum ketika dilihatnya lumba - lumba saling berkejaran

Lalu terdengar azan zuhur dari arah belakang kapal

Sang perawan tersentak! Rupanya ia tidak mengenal waktu berada di tempat itu

Bergegas ia menunaikan kewajibannya, lalu makan siang dan berbincang dengan orang sekitarnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun