Saat pijar mentari pagi datang dari timur
Menerpa hangat tubuh sang perawan yang duduk dibawah sekoci kapal lambelu dalam bilangan tujuh
Bukan karena ia tak memperoleh tempat karena saratnya penumpang, ia bahkan memesan tiket kelas wahid
Ia berada di tempat itu bukan karena tak punya kawan, ia bahkan kenal dengan para pekerja di kapal itu
Ia berada di tempat itu karena ia pasti akan melihat pemandangan yang tak akan pernah bosan dilihatnya
Ya, hanya biru laut ditengah samudra yang tak akan pernah jemu dimatanya
Ia seakan tidak terganggu oleh orang lalu lalang disekitarnya
Matanya terus menatap samudra sambil sesekali tersenyum ketika dilihatnya lumba - lumba saling berkejaran
Lalu terdengar azan zuhur dari arah belakang kapal
Sang perawan tersentak! Rupanya ia tidak mengenal waktu berada di tempat itu
Bergegas ia menunaikan kewajibannya, lalu makan siang dan berbincang dengan orang sekitarnya