Mohon tunggu...
iwan muhidong
iwan muhidong Mohon Tunggu... -

dari seorang pemalu yang ingin turut berbagi mimpi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pesan Linda, antara Ngocol dan Admin Kompasiana

8 Desember 2009   04:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:01 1432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_35007" align="alignleft" width="320" caption="Linda Djalil"][/caption] Teman-teman yang saya cintai ( semua, termasuk yang tidak / belum memberikan tanggapan di sini ), Terus terang, saya berduka melihat keadaan ini. Tulisan Mariska bisa saya pahami karena apabila saya dalam posisi Anda, saya mungkin akan menulis dan mengungkapkan perasaan saya sama seperti Anda. Dan kalau mencermati kembali apa yang saya komentari di postingan Nurrul yang lalu, saya jelas-jelas mengatakan, hendaknya semua MENUNGGU admin Pepih yang sedang menunaikan ibadah haji dan Taufik yang juga sedang tidak berada di tempat. Tunggulah dua orang jurnalis tulen yang sudah lebih dari 20 tahun berpengalaman itu. Ingat yaaa…., saya katakan “jurnalis tulen” ! Jadi, saya rasa siapapun sepatutnya paham ke mana arah saya berbicara. Saya cukup mengerti di sini, antara penulis maupun pihak orang dalam Kompasiana bercampur baur antara yang memang penulis, wartawan, ibu rumah tangga, warga biasa, insinyur, tukang jaga wartel biasa, maupun anak jalanan. Tentu dengan wawasan yang berbeda-beda. Namun untuk menentukan tulisan layak atau tidak, mana yang bisa dijadikan headline atau tidak, sepatutnya, sekali lagi, sepatutnya, adalah seorang wartawan atau seseorang yang berintuisi wartawan karena taruhlah dia pernah merasakan menjadi wartawan. Maaf seribu maaf bukan saya merendahkan arti yang non wartawan. Contoh saja, ketika tiba-tiba Faisal Basri memposting puisi tentang GERAM untuk BIBIT dan CHANDRA.., hanya intuisi wartawanlah yang mampu bergerak bahwa tulisan ini sungguh bermakna luar biasa. Bayangkan, seorang Faisal Basri yang berurai air mata ketika membela Boediono dalam rangka kampanye wapres yang lalu, tiba-tiba bisa berbalik arah dan menjadi GERAM atas kejadian yang tak disangka-sangkanya. Apakah tulisan ini menjadi headline?? Malah tentang BATIK atas tulisan Iskandar Jet yang dijadikan headline. Nah…, di sinilah butuh ketajaman seorang pemilih di dalam Kompasiana itu sendiri, mana yang dipilah menjadi headline dan mana yang tidak layak. Saat itu saya tahu betul Pepih sang admin sedang sibuk sekali sehingga memang bukan dia yang melakukan pemilahan itu. Saya membahasnya saat itu dengan Pepih yang, maaf , tidak perlu saya ungkapkan gamblang di sini. Satu contoh lagi, postingan berjudul Pembungkus Gorengan dari Kotoran Manusia ~ menurut kacamata saya yang pensiunan wartawan, sungguh bermanfaat bagi segala umat. Mohon maaf kalau saya salah, ditempatkankah tulisan itu sebagai headline?? Padahal, kita, para penghuni Kompasiana sangat berkepentingan atas tulisan itu. Bahkan wajib jugalah kita menyebarkan berita baru yang amat berguna itu bagi masyarakat di luar Kompasiana. Berkaitan dengan semua itu, saya kembali kepada persoalan semula, tentang hal-hal dan tulisan yang bersifat ngocol. Anda semua menginginkan saya berkata jujur , bukan? Terus terang saja, saya juga sempat tergelak dan senyum-senyum sendiri apabila membaca berbagai tulisan itu. Dan kalau saya amati, dalam pembicaraan yang ‘gila’ dan seru itu terbesit wawasan yang lumayan dalam dan terasa bagi saya, yang menulis pun bukan orang-orang sembarangan tanpa pendidikan. Hanya saja, menurut saya, mungkin yang membuat orang terganggu adalah obrolan selanjutnya yang sepotong-sepotong itu, yang terkesan sebagai chatting biasa dan remeh temeh tidak berbobot. Temans, ingat ya, saya berbicara apa adanya. Postingan itu ada yang bersifat satire, kegetiran, lucu-lucuan, penuh aura optimisme, saya cukup mengerti. Namun yang mungkin perlu dibenahi adalah tanggapan-tanggapannya. Kalau perlu, postingan tersebut dibahas lebih dalam, sembari tidak melupakan keriangan tulisan itu sendiri. Saya jadi teringat bagaimana orang-orang yang menganggap tulisan sastra dan non sastra. Orang-orang Sastra zaman 20 tahun lalu mati-matian tidak mau mengakui tulisan Marga T dan La Rose adalah karya sastra. Biarkan saja, toh karya mereka sangat dikenal orang dan lebih napak bumi ketimbang tulisan yang berat-berat yang hanya secuil orang yang memahaminya ~ begitu pendapat berbagai kalangan. Apakah tulisan jenis ngocol ini juga akan berkembang semacam itu dan dianggap sebagai perbedaan yang harus dimusuhi…?? Saya tidak ada dalam struktur manajemen Kompasiana. Saya adalah orang luar, tamu, dan penghuni, sama seperti kalian semua, teman-teman yang hangat dan budiman di sini. Tidak ada kewenangan saya untuk mengatur mana yang boleh dan tidak. Saya juga kurang tahu persis sebenarnya kebijakan Kompasiana yang baku, yang dasar, apa sih? Kita semua bersyukur sekarang nama palsu sudah terbasmi.., paling tidak sudah tidak sehebat dulu lagi. Itu adalah sebuah kemajuan dan kenyamanan yang sungguh berarti. Sekarang, kalau ada ketidaknyamanan yang lain lagi. marilah kita rembukkan bersama. Jangan berjalan sendiri-sendiri. Dan sebaiknya pula jangan main hakim sendiri. Bagi pihak-pihak yang merasa sudah tidak merasa enak berada di sini karena ‘terganggu’ oleh ’si ngocol-ngocol’ ini sehingga membuat Anda tidak bersemangat menulis lagi di sini, saya rasa Anda sangat SALAH BESAR!! Jangan mengkambinghitamkan situasi. Anggaplah di kacamata Anda mereka adalah SAMPAH, tapi dengan tulisan Anda yang berkilau bagai butiran mutiara, tentu harkat Anda akan lebih bermakna ketimbang mereka… Tapi, siapa sih yang bilang ’si ngocol’ ini sampah? Hiiiiiiii…….. demi Allah…, bukan saya lho ! Rasanya kelewat tinggi hati kalau saya berani mengucapkan kata-kata semacam itu, kepada orang -orang yang apalagi, barangkali juga tingkat pendidikan dan wawasannya ternyata sangat jauh lebih tinggi dari saya sendiri. Betapa malunya saya ! Saya yakin pasti teman-teman sepakat kita berada dalam Rumah Sehat yang penuh persaudaraan. Tinggi rendah bisa saling berangkulan.Yang dianggap kelewat ngocol, rangkullah , nasihati, mungkin ada celah yang bisa dibenahi. Yang merasa tinggi hati, turunkanlah rasa itu. Jangan sampai kelak kita mempermalukan diri sendiri. Hhhmm, tapi saya manusia biasa juga lho…untuk penipu mengarang bebas cerita Puri, mohon maaf, kalau itu memang sudah tidak dalam hitungan saya lagi. Salam damai, dan semoga semua paham dengan apa yang sudah saya utarakan semua tadi di sini. ~ LINDA ~ Gelaran tanggapan di < hargailah-niat-baik-kompasianer/ SALAM SUKSES BUAT SEMUA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun