Mohon tunggu...
Ondi Madunan
Ondi Madunan Mohon Tunggu... Tentara - TNI AL

Saya seorang prajurit. Marinir TNI AL yang berpangkat Mayor, di Kesatuan Saya sebagai Trainer dan motivasi. Saat ini saya sedang menempuh kuliah S1 PSIKOLOGI di Untag Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pemikiran Filsafat Nietze dikaitkan dengan situasi saat ini

11 Januari 2025   16:29 Diperbarui: 11 Januari 2025   16:29 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nihilisme adalah sebuah konsep penting dalam pemikiran Nietzsche. Nihilisme mengacu pada pandangan bahwa hidup tidak memiliki makna atau tujuan yang inheren. Gagasan ini muncul sebagai akibat dari "kematian Tuhan", yang meninggalkan masyarakat tanpa dasar nilai moral yang pasti. Dalam The Will to Power, Nietzsche menganalisis nihilisme sebagai kondisi di mana nilai-nilai tradisional mulai runtuh, meninggalkan kekosongan eksistensial yang sulit dihadapi.

Namun, Nietzsche tidak melihat nihilisme sebagai sesuatu yang sepenuhnya negatif. Sebaliknya, ia menganggap nihilisme sebagai tantangan yang harus dihadapi oleh individu untuk menciptakan nilai-nilai baru. Nietzsche berpendapat bahwa manusia dapat mengatasi nihilisme dengan menciptakan tujuan dan makna hidupnya sendiri, bukan berdasarkan ajaran agama atau moralitas konvensional, tetapi berdasarkan kehendak untuk berkuasa dan pencapaian potensi pribadi.

Will to Power (Kehendak untuk Berkuasa)

Konsep Will to Power atau "Kehendak untuk Berkuasa" adalah salah satu gagasan sentral dalam filsafat Nietzsche. Nietzsche berpendapat bahwa dorongan dasar manusia bukan hanya untuk bertahan hidup atau mencari kebahagiaan, tetapi untuk mencapai kekuatan, dominasi, dan pencapaian potensi diri yang lebih tinggi. Kehendak untuk berkuasa bukan sekadar ambisi atau keinginan untuk menguasai orang lain, tetapi lebih sebagai dorongan untuk mengatasi rintangan, menciptakan nilai-nilai baru, dan memperjuangkan kehidupan yang lebih baik.

Menurut Nietzsche, kehendak untuk berkuasa adalah kekuatan dasar yang mendorong semua kehidupan, dan pencapaian tertinggi manusia adalah untuk membebaskan diri dari pembatasan moral dan sosial untuk mencapai potensi penuh mereka. Kehendak untuk berkuasa bukan hanya tentang menguasai dunia luar, tetapi juga tentang penciptaan diri dan transformasi internal.

Eternal Recurrence (Kekekalan Kembalinya)

Konsep Eternal Recurrence atau "Kekekalan Kembalinya" adalah gagasan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini akan terulang kembali secara abadi, dalam siklus yang tak terhindarkan. Nietzsche mengajukan pertanyaan penting terkait dengan konsep ini: jika kehidupan kita harus terulang kembali selamanya, apakah kita akan hidup dengan cara yang sama? Apakah kita akan tetap memilih jalan yang kita ambil sekarang jika kita harus menghadapinya berulang kali?

Eternal Recurrence bukan hanya sebuah spekulasi metafisik, tetapi juga sebuah ujian eksistensial. Nietzsche berpendapat bahwa kita harus hidup seolah-olah kita akan mengulanginya selamanya, dan ini akan mengarahkan kita untuk hidup dengan cara yang lebih otentik, penuh keberanian, dan penuh makna.[1]

 

PEMIKIRAN FILSUF FRIEDRICH NIETZSCHE DAN RELEVANSINYA JIKA DIKAITKAN SITUASI SAAT INI

Kematian Tuhan dan Kehidupan Tanpa Dasar Moralitas Agama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun