Mohon tunggu...
Buchari Fadli
Buchari Fadli Mohon Tunggu... -

Pembelajar Sejati, Penyuka Musik, Film, Sastra, Filsafat, Budaya, dan Pemeluk agama Islam.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menulis itu Simpel

21 Januari 2016   14:31 Diperbarui: 21 Januari 2016   14:48 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengawali untuk menulis , adalah hal sulit bagi sebagian orang, betapa tidak sebab menulis tidak hanya menggunakan kepiawaian dalam merangkai kata, tetapui dalam menulis dituntut pula untuk berpikir sistemik. Seseorang yang hendak belajar menulis , paling tidak harus mampu dan tahan melewati proses berpikir; meskipun belum sistemik. kebanyakan dari penulis pemula mengalami kejenuhan untuk meneruskan karir menulisnya, karena tidak tahan melawan proses berpikir tersebut yang akhirnya berlabuh pada “mentok” moment. Oleh karenanya seorang pemula haruslah sering-sering berlatih berpikir , baik itu dengan menggunakan senam otak, bermain teka-teki silang ataupun bermain catur, semuanya itu dimaksudkan agar dapat tahan terhadap proses berpikir Yng menguras tenaga dan pikiran.

Seorang penulis pemula juga dituntut untuk percaya diri dalam mengungkapkan gagasannya, mengungkapkan apa yang dipikirkannya, namun untuk proses mengungkapkan  gagasan tersebut harus dilakukan secara sistemik/ berurutan sesuai dengan akar pikirnya, agar si pembaca tidak tabu memahami gaagasan si penulis, selain itu pula agar tulisan semakin enak dan manis dibaca. Contohnya seorang ingin mengungkapkan jika merokok itu menyebabkan kemiskinan. Maka dia harus terlebih dahulu menyatakan jika rokok dapat membuat ketergantungan, disertai dengan apa yang menyebabkan ketergantungan, kemudian harga rokok juga semakin harin semakin mahal, seterusnya sampai mendetail pada pengeluaran yang dikeluarkan untuk merokok dibandingkan dengan pendapatan sang perokok, hingga pada kesimpulam merokok itu menyebabkan kemiskinan. Bagitupun juga dilakukan untuk menuliskan gagasan-gagasan lainnya, termasuk produk tulisan yang akademik, seperti skripsi, jurnal , artikel dan opini .Dalam proses penguraian ungkapan yang sistemik tersebut ternyata penulis dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas, maka membaca merupakan ritual wajib bagi semua penulis, apalagi penulis pemula. Untuk menghasilkan tulisan yang renyah , nikmat dan mudah dipahami maka seorang penulis dituntut untuk komunikatif, atau mampu berbicara dengan bahasa yang dipahami semua kalangan , nah disinilah para penulis dituntuk untuk sering-sering berdiskusi kepada siapapun dari kalangan manapun.

Sejatinya menulis mengutamakan kemampuan otak kanan, yang cenderung zig-zag /tidak beraturan, tidak kaku, tidak sistemik dan tidak baku, bukan kemampuan otak kiri yang dituntut untuk sistemik, berurutan , baku dan saklek. Sedangkan kebanyakan dari kita , dari kecil sudah dibiasakan untuk cenderung menggunakan otak kiri, maka wajar ketika menulis, terkadang kita macet-macet dan tidak lancer karena  terbiasa menggunakan otak kiri dalam kegiatan sehari-hari , misalkan urutan melakukan aktivitas sehari hari dari bangun tidur sampai tidurlagi kita cenderung untuk berurutan.

Untuk para penulis pemula, jika ingin menulis secara sistemik dan baik, maka tulislah saja apa yang inginj kamu tuangkan tanpa berpikir , bahasanya bagus atau tidak, runut apa nggak , ilmiah apa nggak , sekali lagi cukup tulis apa yang dipikirkan dari awal hingga akhir , setelah selesai, barulah kita koreksi hasil tulisan menggunakan otak kiri , untuk menjakan tulisan semakin sempurna, sehingga enak, renyak dan mudah dipahami

Tapi sekali lagi, seberapa banyak buku danb trik menulis kamu baca dan pelajari, jika tidak pernah action atau praktek , maka semuanya sia-sia, jadi dalam menulis praktek lebih utama daripada teori. Maka menulislah saja dulu, baru belajar teori menulis setelah terbiasa menulis. Ingat menulis itu simple.

wassalam

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun