Selanjutnya lebih jauh dari itu perempuan harus menyadari bahwa  ini merupakan era pertarungan bebas, agenda perlawanan tak berkurang justru bertambah karena apa yang disebut sebaga "patriarki" mempunyai medium baru  yakni teknologi untuk beranak-pinak.
Diperlukan pendekatan perencanaan dengan pola pikir yang inovatif dan "berpikir setara", karena kita tidak lagi pada tataran mencari dan mengenali patriarki, melainkan menghadapi patriarki. Pada posisi semacam ini perempuan tak lagi hanya dituntut mengetahui atau bahkan mengikuti perkembangan wacana , melainkan sampai pada kewajiban untuk membuat wacana.
Lebih jauh daripada itu secerdas-cerdasnya teknologi tetaplah manusia yang memegang remote control. Pertanyaannya kemudian adalah kelompok mana dari manusia yang akan diberikan kesempatan  untuk memegang remote control itu?
Pada akhirnya generasi Kartini  hari ini dituntut untuk benar-benar pandai dalam membaca peluang di tengah jeratan yang ada. Bagaimana kemudian kita turut ambil bagian dalam mengendalikan remote control peradaban. Dan sekali lagi perempuan hari ini harus mendengarkan tentang apa yang pernah dinasihatkan oleh Foucault, jika sosok yang menguasai dunia ke depan adalah dia yang menguasai wacana.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H