Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Kalender Kerinduan

6 April 2023   17:09 Diperbarui: 7 April 2023   21:45 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerinduan demi kerinduan membasahi kalender April. Sebagian angka adalah penantian, sisanya lagi tanggal hitam yang menutupi mimpi.

Harapan sudah ditandu keranda. Aku satu-satunya pelayat yang memuja angka. Berupa waktu yang tak kunjung henti, serta sajak yang belum jeda dan juga mimpi yang enggan berjaga.

Kini senja di bibir telaga, masa silam sudah tenggelam, padma membiarkan telanjang tak berbunga

Ingin kubingkai jejakmu dengan aliran sungai yang bersumber dari sudut mataku. Mungkin bagimu kerinduan adalah sekedar fatwa yang tertulis, namun bagiku merupakan harakiri yang terus merajah isi kepala.

Dan kini, kerinduan hanyalah gerimis yang menggenangi tepi hatiku, mengikis seluruh perasaanku sampai tak ada lagi angka-angka di kalender.

SINGOSARI, 6 April 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun