Pada akhirnya kisah yang tamat akan dirapikan. Dijilid rapi menjadi sebuah buku. Terpampang jelas sampul depan terbuat dari selembar akta kelahiran. Lalu ada pengantar dari bapak ibu yang begitu bahagia serta menimang dan membesarkan kita.
Kita bahkan tak menyangka, daftar isi yang berderet hingga beberapa halaman itu sebenarnya anugerah hidup yang tak bisa dimiliki oleh orang lain.Â
Apalagi jika kita memasuki isi buku. Semua hanya memenuhi waktu saja, seperti halaman yang berurutan. Bercerita banyak hal, tentang diri sendiri, orang yang dikasihi, orang yang dibantu, teman-teman, guru, saudara, tetangga serta sederet kesalahan yang terkadang lupa untuk memohon ma'af.
Oleh karena itu, di akhir halaman, ada baiknya ditulis daftar pustaka. Kita tak mungkin hidup sendiri. Siapa saja yang berjasa jangan dilupa.Â
Hingga akhirnya, sampul belakang buku kita adalah akta kematian yang melengkapi kisah hidup. Kita memang tak sempat membacanya. Bahkan untuk mengoreksi kebohongan sebaris kata pun.Â
Biarkan buku itu berjajar rapi di ingatan kepala, sampai waktu meminjamnya dan bukan untuk dikembalikan.
SINGOSARI, 14 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H