Entahlah,
Tiba-tiba rindu berhenti di dada
Mengikat batang-batang kenangan
Mendadak jalanan sunyi
Apakah ini beban?
Tapi mengapa ingin kupanggul semua?
Tak Bisa Kumengerti
Masih kuingat
Embun di sudut matamu
Lekas pergi bersama musim
Untuk melunasi segala pedih
Lalu kau hanya samar-samar lanskap cuaca
Apakah kemarau menghela panas?
Mengapa pula kuteguk sisa air mata hingga tandas?
Tak Bisa Kumengerti
Terkadang pedih serupa kata yang membisu
Terkadang rindu serupa api yang menyisakan abu
Terkadang cinta serupa cahaya matahari yang keluar masuk jendela
Terkadang takdir serupa sajak yang tak bisa ditafsirkanÂ
Tetap saja, semuanya tak bisa kumengerti
SINGOSARI, 19 Mei 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H