Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Do'a Seorang Penyendiri

24 Maret 2022   19:53 Diperbarui: 26 Maret 2022   00:17 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Shutterstock via media.swncdn.com

Bibirku selalu berbisik doa untuk sebuah cinta. Sekian karib waktu kukecup hening. Memang cinta tak perlu terucap. Hanya cinta, pemilik sunyi yang berdetak dalam jantung.

Aku tahu, diamku adalah kesedihan yang sedang menyamar. Bagai ketabahan daun-daun yang gugur saat kelopaknya dibasahi embun. Sepi tak pernah tertulis. Rindu tak bisa berkata.

Hatiku adalah pohon yang menjulang menembus langit, namun aku rela mengecup bumi untuk sebuah cinta. Kuharap cinta bukanlah jam pasir, desirnya mudah menggelincir.

Aku yakin, Tuhan sedang mengumpulkan cinta dari tumpukan awan, atau mungkin dari reruntuhan bintang-bintang. Amin.


SINGOSARI, 24 Maret 2022

Sumber gambar https://media.swncdn.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun