Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Kerlip Cinta

10 Maret 2022   19:03 Diperbarui: 10 Maret 2022   19:06 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja mulai mengejan sekuat tenaga. Di dampingi petang yang setia menjaga. Sebentar lagi kerlip bintang akan lahir.

Benar saja, usai maghrib mengemasi doa. Kerlip bintang terlahir. Banyak pengunjung cafe sudah tak sabar meminang. Mereka duduk beradu pandang, menceritakan banyak hal tentang cinta.

"Aku ingin menimang bintang itu untukmu Sayang," rayu seorang lelaki kepada kekasihnya.

Aku turut bahagia. Kulihat wajah kekasih merona. Sesekali menyibak rambutnya yang bergelombang, mirip kenangan dan rindu yang silih berganti.

Mereka pulang saat malam beranjak dewasa. Bergandengan tangan sangat akrab.

Sekali lagi, aku turut bahagia. Kerlip bintang tak jadi dipinang. Sebab Ia memang kekasihku di setiap malam tiba. Sampai seluruh pengunjung cafe pulang, barulah aku dipadamkan. Bukan untuk pergi, tapi untuk terus mencintaimu lagi.


SINGOSARI, 10 Maret 2022

Sumber gambar https://www.idntimes.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun