Jantungku bukanlah jam, yang kau hampiri setiap detiknya. Kadang dibutuhkan waktu, memutar menit demi menit kenangan.
Namun, jarak mengubah pekik jadi bisik. Bintang berjatuhan di telaga. Tenggelam dalam doa paling tenang.
Mengapa kau jadikan kenangan ini seperti negeri asing, tak ada seseorang pun yang tinggal, juga bayang-bayangmu.
Jika begini aku tak mau ikut jarum jam, memutari kenangan kembali, dan sekadar menghitung keinginan bertemu.
Selamat malam, detak jam menidurkanku. Irama fonasi bertamu di telinga, bisikmu makin jauh, bayangmu makin temaram.
Angka-angka berjatuhan, menimpa segenap rinduku yang purba.
SINGOSARI, 13 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H