Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Jam Kenangan

13 Februari 2022   13:14 Diperbarui: 17 Februari 2022   00:31 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi waktu.| Sumber: lassedesignen/Shutterstock via Kompas.com

Jantungku bukanlah jam, yang kau hampiri setiap detiknya. Kadang dibutuhkan waktu, memutar menit demi menit kenangan.

Namun, jarak mengubah pekik jadi bisik. Bintang berjatuhan di telaga. Tenggelam dalam doa paling tenang.

Mengapa kau jadikan kenangan ini seperti negeri asing, tak ada seseorang pun yang tinggal, juga bayang-bayangmu.

Jika begini aku tak mau ikut jarum jam, memutari kenangan kembali, dan sekadar menghitung keinginan bertemu.

Selamat malam, detak jam menidurkanku. Irama fonasi bertamu di telinga, bisikmu makin jauh, bayangmu makin temaram.

Angka-angka berjatuhan, menimpa segenap rinduku yang purba.

Sumber gambar: www.saatchiart.com
Sumber gambar: www.saatchiart.com

SINGOSARI, 13 Februari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun