Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lebih Baik Jadi Batu Bisu

11 Februari 2022   17:17 Diperbarui: 11 Februari 2022   17:22 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bebatuan andesit membisu. Mereka berjajar sedang membekukan diri. Jutaan tahun lalu bumi telah melahirkan dari rahimnya yang berpijar. Tentu penuh prihatin. Penuh pengorbanan.

Seperti biasa ia sedang pening, memikirkan nasibnya yang cadas. "Memang begitu menjadi batu di desa Wadas," kata bebatuan andesit penuh bergas.

Kini, jutaan tahun dari perayaan ulang tahunnya, batu andesit tak mampu berkata. Bukan karena dibungkam mulutnya, sebab telah lama musyawarah dibatalkan. Banyak suaka yang pergi hijrah kepada penguasa.

Sebagai ibu angkatnya, Rakyat tak segan-segan membela. Lebih baik jadi batu andesit, hidup membatu ditengah-tengah kesuburan, daripada menjadi besi untuk mengepung warga desa.

Siang itu, besi menggeruduk dan mengepung warga desa, "Aku juga dari bumi, dari pasir besi yang dilahirkan bumi, harusnya kita bersaudara" kata popor senjata menyeru ke angkasa.

Batu andesit bungkam, Rakyat membelanya, "Lebih baik jadi batu bisu daripada jadi besi yang bernafsu." 


SINGOSARI, 11 Februari 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun