Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Bawah Hujan

9 November 2021   15:57 Diperbarui: 9 November 2021   16:24 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat penghujan ayah menjelma banjir bandang
menghanyutkan rumah yang kami huni,
ibu juga melepas kepergian

Saat gerimis ayah kemudian menjelma lumpur
menimbun kenangan kami ke dalam mimpi terasing

Tapi,
Ayah dan Ibu tiada
Tak ada banjir bandang, dan
tiada lumpur

Hanya bulan yang mengintip
dari pucuk bukit gundul.
Luas dan semakin luas saja.

Sementara aku, masih berteduh di bawah
hujan gelisah mata melihat orang-orang
menghukumi diri sendiri.


SINGOSARI 9 November 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun