Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Memorabilia

21 Juli 2021   18:48 Diperbarui: 22 Juli 2021   05:48 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memorabilia sedang menyalakan lampu, terpendar hening di sekujur ingatan. Malam adalah kepingan lelah masa silam yang meninggalkan jejak jalan panjang.

Kita adalah raga yang mengayuh kepingan masa silam. Lagu yang diputar di radio serta lantunan doa bagi yang terbaring sakit. Setiap waktu, kepingan masa silam melahirkan liku-liku labirin kenangan serta realita.

Realita hidup sudah terbuka halaman demi halaman. Jangan berhenti membaca, lanjutkan saja usai koma sampai kau temukan penutup di akhir cerita. Begitulah yang ditempuh bulan sabit sampai purnama.

Jagalah kepingan masa silammu dari gerhana satu hingga gerhana berikutnya. Kelihatannya saja sederhana, padahal ada ruang dan waktu yang berbeda. Supaya keningmu tak terantuk penyesalan saat memorabilia mematikan lampu dan doa terpanjat dari orang-orang yang pernah merasakan kasih sayangmu.


SINGOSARI, 21 Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun