Aku hanya selembar daun yang mudah dipeluk embun lalu dilepaskan. Tak ada tangkai setabah dirimu yang menggandeng bahagia sepanjang pagi. Tuhan sengaja mencipta pagi untuk membangunkan rindu agar mengakhiri mimpi.
Kutitipkan kata pada puisi, terkadang kaulah tinta yang belum membasahi kertas. Aku benar-benar mencintaimu melebihi akar segala sajak. Membelukar menembus sesuatu yang tak nampak di jantungmu.
Aku hanya selembar daun yang mudah didekap tabah lalu menyendiri. Pelukan dan dekapan  selalu hening sebelum lengan dan tubuhmu kumiliki.
Aku hanya selembar daun yang tak butuh dikenang, namun aku tak punya cara melupakanmu saat dersik mencatat rintik airmataku.
Aku hanya selembar daun yang berkarib sepi, melayang dari taman mahasunyi. Telanjang diatas rumput dikecup waktu dibelai zaman.
SINGOSARI, 01 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H