Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: 17:30

23 Mei 2021   00:13 Diperbarui: 23 Mei 2021   09:28 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sardi terdiam pura-pura tak mendengar celoteh mbok warung. Guratan wajahnya gelisah. Ia malah membuka satu-persatu penutup jajanan dan cemilan yang tersaji. Seharusnya saat gelisah seperti itu Sardi tak perlu memilih jajanan dan cemilan. Terbukti ia malah mengambil sebungkus kerupuk pedas. Cemilan yang selama ini tidak disukainya.

"Tumben suka yang pedas Pak Di, diminumi jahe ini tambah pedas loh" seloroh mbok warung sambil menyodorkan segelas jahe panas.

Sardi terdiam saja. Segera dituangnya separuh jahe panas ke lepek, berharap segera bisa menyeruputnya lalu mampir ke lapak sebelah. Waktu beranjak menjadikan warung itu kian ramai. Rata-rata pekerja muda yang istirahat kerja. 

Sedikit demi sedikit duduk Sardi tergeser hingga di ujung bangku. Perasaannya mulai terusik. Tiba-tiba ia merasa terlalu tua. Merasa tak semangat kerja lagi. Merasa hilang antusias. Perasaannya makin kecut tatkala mendengar ragam cerita beberapa pemuda yang masih nampak bersemangat kerja itu. Telinganya risih mendengar berbagai kisah kerja. Tentang prestasi, tentang hukuman serta beragam kejadian saat bekerja. Lama-lama Sardi merasa terasing. Hatinya menghujam di titik terendah.

Lagipula tak ada yang peduli dengan dirinya. Jangankan bertanya, memperhatikan dirinya saja tak ada. Ia kesepian diantara riuh warung. Mbok warung juga saling lempar guyonan ke pelanggan lainnya.

"Ah, sebaiknya aku ke lapak arloji saja" batin Sardi menghibur diri seraya membayar segelas jahe panas dan sebungkus kerupuk pedas yang membuatnya semakin gerah.
"Makasih Pak Di, lanjut ke lapak arloji kan?" seloroh mbok warung seperti hafal kebiasaan Sardi.

Sardi mengangguk dihiasi senyum kaku. Ia melangkah ke lapak arloji. Sayup terdengar musik dangdut dari radio tua yang dimiliki pemilik lapak arloji. Tak banyak tanya, mata Sardi mengamati ragam arloji yang tersaji di dalam etalase kaca setinggi pinggang orang dewasa itu. Sang empu lapak arloji tak menghiraukannya, sibuk memperbaiki arloji.

Sepasang kekasih menghampiri lapak arloji. Mereka bertanya-tanya tentang arloji digital yang multi fungsi. Arloji kekinian untuk olah raga lari, arloji yang mampu mengukur jarak serta mengukur kalori.

Sepasang kekasih lain terlihat mengantri di sisi lainnya. Mereka masih mengamati model arloji kekinian sambil sesekali minta pendapat kepada kekasihnya itu. "Itu lucu sayang, gemesin, gimana sayang, yang itu ya?" pinta seorang perempuan kepada kekasihnya penuh manja.

Melihat situasi seperti itu Sardi memilih duduk di bangku dan bersandar di dinding lapak. Ia pura-pura menguap lalu mengantuk. Kepalanya sesekali menunduk lalu diangkat kembali seolah menahan kantuk yang sangat berat. Waktu merayap di sekelilingnya. Pelanggan silih berganti mendatangi lapak arloji. Memaksa Sardi menyudahi kepura-puraannya. Ia tinggalkan lapak arloji itu dengan perasaan campur aduk.

Sebenarnya Sardi hendak memperbaiki salah satu arlojinya. Tapi, niat itu diurungkan. Arloji yang rusak itu terdiam menghuni saku celananya. Seminggu lalu arloji itu tiba-tiba saja macet tidak bergerak. Jarum pendek di angka lima dan jarum panjang di angka enam. Tapi bagaimana lagi, mungkin lapak arloji itu sedang ramai pembeli atau sibuk memperbaiki arloji lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun