Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Zaitun di Palestina

16 Mei 2021   23:38 Diperbarui: 16 Mei 2021   23:44 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit belum sempat cerah.
Manakala suara gergaji menumbangkan pohon Zaitun.

Desa kami pun patah bersama ranting,
Zionis merangsek mengubur rumah kami bersama senja. 

Malam ini,
Kami melihat letupan-letupan di angkasa.
Orang tua di pengasingan.
Anak-anak bermain di kegelapan.
Para pejuang tak lelah menerbitkan fajar.

Disini atau disana,
Kita adalah pohon Zaitun.
Terus tumbuh disela-sela selongsong
Berbuah lebat bersama rentetan senapan

Ingat,
Tak satupun penjajah menjadi mulia.
Ia akan selalu cemas.
Bagai mendekap bara api sekaligus sibuk meniupnya.

Dan,
Ini tanah kami
Tanah untuk pohon Zaitun tumbuh
bersama gandum dan jeruk.
Di Palestina.

SINGOSARI, 16 Mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun