Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Piring Seng Putih

13 April 2021   20:41 Diperbarui: 15 April 2021   21:19 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat hendak berbuka, pikiranku ditarik kenangan. Oleh separuh nasi diatas piring seng putih.

Diatas piring itu menunggu haru, suara yang bertalu kelu. Maklum, permukaannya hanya terisi separuh, seperti menyisakan secuil pesan ibu: "Makan seadanya, lauknya kerupuk."

Aku mengangguk segera, supaya air mata lekas menenggelamkan lapar dan dahaga. Tapi, kata bapak: "Anak laki-laki tidak boleh cengeng."

Ingatan itu terus membesarkan jiwaku. Mendidikku dalam rantau yang memisahkan duniaku dengan ketiadaan ibu bapakku. 

Seandainya keduanya masih hidup, ingin kukhayalkan sebait kata kepada mereka: "Piring seng putih itu mungkin sudah berkarat di pinggirnya sebab terkena tangis airmataku, tapi kekayaan hati tak pernah berkarat hanya karena menjadi orang pinggiran."

SINGOSARI, 13 April 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun