Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mencuit

14 Februari 2021   14:38 Diperbarui: 14 Februari 2021   15:05 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.fineartamerica.com

Burung-burung mencuit:
"Beri arti cuitan kami untuk semesta alam. Bukan untuk saling dendam"

Di media sosial, pemilik akun beranggapan:
"Kenali manusia dari cuitannya, bukan dari kepribadiannya. Sebab, burung semakin langka, tak ada budi pekerti yang sanggup membangun sarang di pohon cinta."

Pembaca cuitan:
"Burung mencuit, manusialah yang mengubahnya menjadi tulisan"

Kata-kata bergelimpangan, mereka berdarah-darah usai disayat pemilik akun di media sosial. Kulihat burung gagak mematuk kata-kata, hingga tak tersisa bangkainya. Perdebatan dan perang kata terus menjadi cuitan yang semakin raksasa. 

Semua manusia akhirnya tahu, bahwa untuk melawan harus mencuit dulu, bahwa untuk menjadi besar harus pandai mencuit dulu.

Manusia mencuit, bertengger diatas sindiran, terkurung dalam perjumpaan, menunggu ulat menjadi santapan.


SINGOSARI, 14 Februari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun