Saat dunia menertawakan kita, kursi-kursi penguasa masih menjadi warisan bagi anak cucu mereka. Betapa mereka berkeringat menantang matahari. Kening mereka pening. Sebentar menjadi dewa, sebentar menjadi jeda.
Ribuan kenangan dihunus mati. Ditimbun dan menjadi belukar. Entah rimba apa yang diinginkan. Antara langit dan bumi tak pernah berhenti. Kesana merebut mahkota. Kesini mengunjungi simpati.
Dunia terus tertawa, belukar semakin menjalar, kuasa tak pernah purba. Benderaku adalah kehidupan. Negaraku adalah keadilan. Aku tertidur mengigau mempertahankannya.
SINGOSARI, 12 Februari 2021
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!