Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Penyiram Bunga Mawar

11 Februari 2021   06:00 Diperbarui: 11 Februari 2021   20:01 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.tokobungadimedan.net

Seorang perempuan hanya sibuk menyirami bunga Mawar sebelum hari meninggi. Ia memang suka bunga mawar sampai pipinya merah merona. 

Beruntung kecantikannya sabar menemani. Sebab jika kecantikannya tidak sabar, pasti ibunya akan marah-marah, "Kau harus cantik seperti ibu, kalau tidak cantik memangnya kau ini anak siapa?"

Untuk itulah ibunya selalu menyiapkan segelas susu harapan yang hangat, "Minumlah susu ini, siapa tahu kau tertarik beli selimut hangat"

Perempuan itu keheranan, "Untuk apa beli selimut hangat?"

"Ini sudah senja, sebentar lagi petang. Biasanya rembulan dipuji-puji oleh banyak lelaki. Bunga Mawar tangkainya berduri. Jangan menyendiri jika sudah ada lelaki menyatakan diri."


SINGOSARI, 11 Februari 2021

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun