Suatu ketika, kutemukan buah baju mungil berwarna merah muda. Kutimang-timag di dalam kamar yang separuhnya sunyi. Dalam binar-binar bahagia, kuharap ada bidadari mencari kehilangannya.
Kau pun turun dari langit. Mengetuk pintu hatiku. Aku yakin kaulah bidadari yang kutunggu.
"Ayo ikut, aku akan mengajakmu bersepeda ke langit, di sana tak ada kelokan yang menyebabkan kehilangan" ajakmu mesra.
Maka, aku mulai melangkah menuruti ajakanmu dengan kekosongan, diam, hening dan samudera tak berombak.
Kusadari cinta adalah kesombongan yang tertunduk, serta kejahatan yang takluk.
Kau telah menjadi udara, menghembuskan sejuk pada api rindu di dadaku. Tulang rusukku menjadi tenteram.
Sengaja kubiarkan semua terjadi, sampai semua buah bajuku terlepas mengakhiri pertapaan hatiku yang menggulung waktu.
SINGOSARI, 15 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H