Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Pusi: Pertapaan Hati

15 November 2020   20:08 Diperbarui: 17 November 2020   20:04 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika, kutemukan buah baju mungil berwarna merah muda. Kutimang-timag di dalam kamar yang separuhnya sunyi. Dalam binar-binar bahagia, kuharap ada bidadari mencari kehilangannya.

Kau pun turun dari langit. Mengetuk pintu hatiku. Aku yakin kaulah bidadari yang kutunggu.

"Ayo ikut, aku akan mengajakmu bersepeda ke langit, di sana tak ada kelokan yang menyebabkan kehilangan" ajakmu mesra.

Maka, aku mulai melangkah menuruti ajakanmu dengan kekosongan, diam, hening dan samudera tak berombak.

Kusadari cinta adalah kesombongan yang tertunduk, serta kejahatan yang takluk.

Kau telah menjadi udara, menghembuskan sejuk pada api rindu di dadaku. Tulang rusukku menjadi tenteram.

Sengaja kubiarkan semua terjadi, sampai semua buah bajuku terlepas mengakhiri pertapaan hatiku yang menggulung waktu.


SINGOSARI, 15 November 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun