Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Telah Hanyut Kelopak Kamboja

10 November 2020   07:18 Diperbarui: 10 November 2020   07:22 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Telah hanyut kelopak kamboja, pada derasnya liku zaman. Mengalir lewati bebatuan sisa kelam penghabisan.

Semakin deras, dan deras menjauh dariku. Aku tak mampu meraihnya.

Banyak dari kita tak memahami, ada benih yang disirami. Tak hanya niat dan semangat. Sebab tak mungkin kamboja
bertumbuh. Jika yang berkalang hanya mimpi berpeluh, dan tak mungkin akar mencengkeram dengan keluh.

Kita adalah lontaran lesat bambu runcing yang tak mungkin pulang sehingga usai perang. Meski telah tumbang pohon kamboja pada penebangan terakhir. Berdiri kekar pilar-pilar beton yang memaksa bumi, menahan beban hidup dari bisingnya suara mesin buatan asing.

Menderu, semakin deru memekik "Merdeka" sampai aku tak mendengarnya.


SINGOSARI, 10 November 2020

Untuk PAHLAWANKU yang memberanikan nyali dengan ujung bambu runcing, tak mungkin Tuhan membiarkanmu dalam lara duka. Biar kurawat semangat itu pada bumi, air, udara bagi PERTIWI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun