Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dramaturgi Rimba Kehidupan

27 Oktober 2020   11:49 Diperbarui: 27 Oktober 2020   12:00 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedalaman Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Gambar diambil pada 6 Desember 2014 (KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO)Artikel ini telah tayang di Kompas.

Rimba cerita begitu belukar.
Kita tak sanggup membabat semua cerita itu.

Suara-suara alam yang begitu riuh.
Juga membuat kita tak berdaya memilah nada sumir
maupun lagu yang menghentak.

Akhirnya, masing-masing dari kita hanya
termenung dan mencoba menanam tanya
dalam pikiran.

Kepala kita dipenuhi rumput kering
yang dihembus semilir keperak-perakan.

Kita hanyalah individu yang tak pernah
tahu satu sama lain.
Seperti bunga dalam vas yang mekar,
serta mengundang berbagai puji dan asumsi.

Begitulah bumi ini memutar berbagai musim.
Tanpa disadari waktu telah berbilang.
Menyisakan upaya yang harus dilaksanakan.

Tuhan hanya menurunkan derasnya keberhasilan,
atau kita menjemur kegagalan di musim kemarau
yang berdebu.

Aku dan kau sama saja, tak perlu putus asa
menyulam peristiwa, sebab dramaturgi rimba kehidupan
terus membelukar babar di tengah hutan yang semakin bubar.


SINGOSARI, 27 Oktober 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun