Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bersama-sama Kita Lupa

11 Oktober 2020   11:03 Diperbarui: 11 Oktober 2020   11:05 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tetap mencabuti rumput halaman lurah
Aku tetap menyapu selasar stasiun
Aku tetap membajak sawah juragan
Aku tetap menjahit sepatu
Aku tetap menjajakan kaos oblong
Aku tetap menyewakan payung hitam
dan aku tetap mencari hutang
menanak angin berlauk sepi.

Di sela-sela abu serta serpihan kaca
Aku tetap seperti sedia kala
Biarpun halte di kota membara
sebab apa guna aku pergi
jika sengsara telah membalut
tubuhku yang kurus ini?

Aku tetap diinjak seperti rumput
Aku tetap dilempar dari kerikil di tepi rel kereta api
Aku tetap dibajak ongkos saat panen tiba
Aku tetap diinjak oleh sepatu buatanku sendiri
Aku tetap menjadi ikon gambar di kaos-kaos oblong
Sampai aku dikubur bayang-bayang payungku sendiri.

Terima kasih, aku disini, sedang kau pulang disana
di depan televisi serta media sosial yang membuat kita
terpana. Bersama-sama kita lupa.


SINGOSARI, 11 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun