Esok harinya desa itu gempar. Ditemukan seorang gadis yang mati dalam kondisi setengah telanjang. Orang tua gadis terus meraung-raung menderaskan air mata duka. Tetangga berdatangan dan saling bertanya, "Malang benar nasib gadis ini, siapa yang tega membunuhnya?"
Maka, pada malam harinya banyak pemuda dan orang tua yang bergiliran jaga. Mereka ingin menangkap pelaku kejahatan itu. Ibu-ibu terus menjaga anak-anak gadisnya. Hingga beberapa hari desa itu tak pernah sepi saat malam hari.
Bukan Ki Bejat jika berhenti mencari korban selanjutnya. Ia pun mencari gadis di desa lain yang jaraknya berjauhan. Desa yang masih belum mendengar ada kabar kematian gadis. Seperti biasa ia berjalan kaki dan melihat-lihat berbagai rumah yang terdapat gadis di dalamnya. Usai memberi tanda ghaib, ia pulang dan menyiapkan segala seusatunya untuk malam nanti.
Sekali lagi, terjadi kegemparan di desa itu. Kasusnya sama seperti di desa sebelumnya. Seorang gadis mati setengah telanjang usai diruda paksa. Penduduk pun belum tahu dan bertanya-tanya siapa gerangan pelakunya?
Seluruh pamong desa ikut menyelidiki. Utamanya Jogoboyo yang ditugasi tentang keamanan desa. Untuk sementara, pamong desa itu berembug dan melakukan jaga malam seperti desa lainnya.
Kejadian itu terus berulang. Setiap malam, di satu desa ada satu gadis yang menjadi korban. Padahal penduduk telah berjaga-jaga. Namun tak satupun yang berhasil menangkap Ki Bejat. Padahal sesuai persyaratan, Ki Bejat harus meruda paksa gadis sebanyak 30 orang. Setiap malam selama satu bulan.
Kota itu menjadi mencekam. Hampir seluruh desa sudah mengalami peristiwa yang sama. Pihak kepolisian akhirnya menggelar penyelidikan di tiap desa. "Ini bukan kriminal biasa, ini bukan masalah pemerkosaan biasa, tapi ini ada sangkut pautnya dengan laku ilmu kuno (seseorang yang sedang menjalani ilmu kuno)."
Sontak berita-berita tentang kasus pemerkosaan di kota itu tercatat paling tinggi, paling serius dan terjadi setiap malam. Suasana benar-benar mencekam. Banyak gadis yang akhirnya terpaksa tidak tidur di malam harinya. Mereka begadang sekaligus berjaga-jaga agar terhindar dari kejahatan itu. Beberapa gadis lainnya bahkan harus pindah ikut saudara di kota lain. Ada pula yang harus menikah dini dengan pilihan orang tua.
Berbagai upaya juga telah dilakukan beberapa orang tua agar anak gadisnya tidak menjadi korban, salah satunya membuatkan kurungan dari bambu yang ditempeli rajah-rajah penolak balak. Dukun-dukun semakin laris dimintai tolong untuk memberi pagar ghaib guna melindungi keluarga dan anak gadisnya. Mereka anggap ilmu hitam akan kalah dengan pemilik ilmu hitam pula.
Tak ketinggalan para tokoh agama juga prihatin sekaligus mencari cara secara kerohanian bagaimana menangkal ilmu hitam tersebut. Diantaranya dilakukan berbagai kegiatan di malam hari dengan do'a serta ritual-ritual peribadatan.
Namun, Ki Bejat terus beroperasi. Sudah 25 gadis menjadi korban kebiadabannya. Kurang 5 gadis lagi ilmunya akan sempurna. Ia akan memiliki kemampuan menghilang dan berganti wujud. Duka menggelayut tiap malam. Korban mati sia-sia terus berjatuhan.