Saat kuhela angin, langit nampak gulita sendirian. Malam ini rembulan raib. Mata angin tertunduk lemas. Ujung cemara membisu.
Kulalui jejak kaki rembulan, diantara semak dan rimbun duka. Jalanan dipenuhi nestapa. Seorang perempuan mengurai tangis membanjiri sungai, mengalir membelah rindu yang membatu. Begitu banyak kerikil penantian bercampur pasir waktu yang hanyut.
Malam ini redup begitu rimba. Tatapan sendu merintih jarak bertanya, "Kapan kau hadir disisiku?"
Aku terus merayu malam, "Kembalikan rembulan." Namun tak ada jawaban, sampai kabut mendekapku hanya suara aliran sungai yang kudengar.Â
MALANG, 7 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H