Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kembalikan Rembulan

7 September 2020   18:33 Diperbarui: 7 September 2020   18:53 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat kuhela angin, langit nampak gulita sendirian. Malam ini rembulan raib. Mata angin tertunduk lemas. Ujung cemara membisu.

Kulalui jejak kaki rembulan, diantara semak dan rimbun duka. Jalanan dipenuhi nestapa. Seorang perempuan mengurai tangis membanjiri sungai, mengalir membelah rindu yang membatu. Begitu banyak kerikil penantian bercampur pasir waktu yang hanyut.

Malam ini redup begitu rimba. Tatapan sendu merintih jarak bertanya, "Kapan kau hadir disisiku?"

Aku terus merayu malam, "Kembalikan rembulan." Namun tak ada jawaban, sampai kabut mendekapku hanya suara aliran sungai yang kudengar. 


MALANG, 7 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun