Sejak kepergianmu, aku tak mampu merawat rindu. Ia telah mengembara di bawah kaki bulan.
Kadang juga berhenti, di depan etalase kue yang menjadi kesukaanmu. Memetik bunga di taman serta mengejar kupu-kupu. Sebenarnya aku pernah mencari rindu dan memasang pengumuman di koran. Tapi, kalender usia selalu menghiburku, "Selamat ulang tahun pedih, semoga panjang perih dan berkah di sisa sayat yang ada"
"Rindu, kemana aja kamu selama ini? aku mencarimu di sela waktu, di rambu penunjuk arah dan awan-awan yang ikut menangis. Apakah dirimu sehat selalu?"
"Tok....tok....tok"
"Siapa itu?"
"Aku, Rindu"
Kubuka pintu hatiku. Rupanya kau sudah beranak pinak. Rabutmu juga mulai beruban.
"Aku hendak menitipkan dua anakku disini" kata rindu.
"Oh begitu? yang ini ya? siapa namamu nak?"
"Namaku hening"
"Kalau kamu?"