Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cerita yang Kau Titipkan

7 Juli 2020   00:16 Diperbarui: 7 Juli 2020   15:47 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini kau titipkan cerita di bibirku. Kau berpesan, jangan ceritakan semua, kecuali pada kopi.

Baiklah. Kupenuhi syaratmu. Seperti sepi yang mengakar di bangku ini. Aku pun cukup mengecap secangkir kopi.

Namun, sepi terus merengek menarik lenganku. "Apakah kau tak sanggup mengeja kata?"

"Bagaimana aku sanggup? sedangkan penguasa terus menguras mimpi jelata. Mereka berebut bayangan beradu kehormatan."

"Lalu buat apa kau simpan cerita?" tanya sepi.

"Supaya ia tak meniru cerita diluar sana, yang berkata atas nama Tuhan, tapi bibir mereka membiak dusta"

Sepi tertegun menatapku mengecap kopi pahit tanpa benci, sepertinya ia ingin menititipkan gerimis padaku, meski terdengar sayup. 

SINGOSARI, 6 Juli 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun