Seorang lelaki bergaya maskulin duduk di sudut halaman koran. Sebuah iklan jodoh yang mulai terang-terangan mencari bagaimanapun bentuknya perempuan. "Pokoknya dia asli perempuan, saya mau" kata lelaki yang miskin cinta itu.
Sudah siang, koran di loper laku keras. Salah satu pembeli koran adalah perempuan yang gemar mengawetkan kupu-kupu. Kebetulan perempuan itu telah berganti-ganti pasangan. Buktinya, banyak kepompong di belakang rumahnya. "Bukankah sering bercinta sama seperti habis manis sepah dibuang?"
Saat malam membiakkan gulita, perempuan itu menelepon lelaki pemasang iklan jodoh. "Hallo, masnya belum pernah merasakan cinta ya?" tanya perempuan di ujung telepon. "Benar, bahkan tak ada kupu-kupu sudi mendekatiku, kalau boleh tahu ini siapa ya?"Â tanya lelaki itu.
Mereka gayeng berbicara di ujung telepon sampai larut. Sampai kabel telepon di kota menjadi semrawut. Sampai kupu-kupu malam banyak yang semaput. Lalu beredarlah berita di koran: "Seorang lelaki diawetkan cintanya oleh seorang perempuan, karena gagal menjadi kepompong"
SINGOSARI, 1 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H