Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Dongeng Timun

13 Juni 2020   22:34 Diperbarui: 13 Juni 2020   22:54 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam mulai menapaki anak tangga peraduan. Diluar sana, selain gigil menguliti, ada gelisah menyebar ke segala penjuru rumah.

Sedangkan langit dengan bulan sabit hendak berbenah, dua mata kecil mulai sayu dan memerah. Telinganya mendengarkan dongeng diatas dipan tua, kisah hewan lucu yang bijaksana. Bibir kering anak kurus itu bertanya pada ibunya:

"Mengapa Kancil suka makan timun Pak Tani bu?"
"Petani tidak serakah Nak, walau saat ini menjual timun sangat susah" papar ibu.
"Mengapa ibu tak membelinya saja?"
"Kelak jika kau besar, belilah timun petani"
"Mengapa tidak sekarang bu?"
"Ayahmu belum pulang, semoga timunnya laku"
"Nanti sisakan timun untukku ya bu?"
"Tidurlah, mimpilah jadi pengepul timun"

Dini hari anak itu pulas melukis bantalnya dengan air liur, bentuknya seperti timun yang berjajar dari Sabang sampai Merauke.

Sebelum mengering mimpinya, Sang Ayah baru tiba dari pasar, di tangannya ada dua nasi bungkus. Saat dibuka, lauknya hanya sambal, ikan asin dan timun.

SINGOSARI, 13 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun