Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pendarkan Purnama dalam Ulur Tanganmu

8 Juni 2020   15:22 Diperbarui: 10 Juni 2020   07:09 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit semakin terang.
Malampun bintang berkedip-kedip.
Jika terselip mendung, pancaroba ikut mengintip.
Aku sendiri yakin, angka terbilang.
Kenangan berumur.
dan Mawar mekar merekah.

Jika kau dengar suara sumbang
terdengar sumir menakutkan.
Seolah detik menjadi lolongan serigala,
Mengikat jiwamu menjadi cemas.

Kau tahu kan? aku selalu merindukan
sabit berganti baju membalut purnama.
Wajahnya melingkar sempurna
penuh harapan.

Terangnya tak pernah pilih kasih.
Menerangi lorong sempit yang tak sempat merasa kenyang.

Menelusup jauh dalam pikiran.
Menyapa jiwa rapuh yang menempuh perjalanan jauh.

Kau tak akan mampu menjadi purnama.
Cukup pendarkan purnama dalam ulur tanganmu,
atau kau akan mati terbakar egomu sendiri.


SINGOSARI, 8 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun