Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Penimbun Masker

10 Maret 2020   07:44 Diperbarui: 10 Maret 2020   07:43 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Polisi telah menangkap penimbun masker," kata berita utama harian pagi. Mereka ditangkap dengan kondisi hati yang bernanah. Perasaan mereka telah dikubur jauh hari sebelum virus memukul genta. Bahkan benak mereka telah berkecamuk mengalahkan kemanusiaan demi secuil rupiah.

Wahai rembulan yang pucat pasi, apakah disana juga ada peristiwa saling tikam? Mengapa juga kau lempar bayang-bayang tanya? sehingga serigala selalu kesulitan melolongkan jawaban? mestinya menolong lebih syahdu dibanding lolong bukan?

Rembulan bergeming sedetik. Perlahan, sebuah masker raksasa menutupi wajahnya. Langit meratap semakin gerimis. Angin turut meronta dari cengekraman malam. Sehingga rumahku bocor semua, melengkapi pengajuan derita yang harus kuhadapi. 

Saat polisi mengadili penimbun masker, rembulan sudah tinggal sebaris lengkung. Ia tutupi wajahnya dengan masker dari irisan bayang masa kelam dengan janji harapan esok lebih baik. Harga masker bisa diturunkan, namun menghargai sesama manusia mengapa sulit diturunkan. Sama persis pungguk merindukan bulan.


MALANG, 10 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun