Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Menakar Penantian

7 Maret 2020   15:43 Diperbarui: 8 Maret 2020   23:17 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan segenggam penantian, waktu tak pernah mengurangi takaran. Ia memang seringkali sombong, membiarkan jingga menancapkan tonggaknya di kening yang keriput. Sebuah tanya seringkali berujar, siapa yang berani menempuh kembali perjalanan sejauh ini? Apalagi perjumpaan dalam hidup seperti lalu lalang, antara perkenalan dan perpisahan.

Mirip dengan loket ruang tunggu ini, menunggu adalah nafas lelah yang mendingin. Kujumpai sederet antrian yang dipanggil berulangkali. Mereka sabar menjawab berbagai sanggup dalam perjalanan yang akan ditempuh. Ada pula yang terus memaki-maki arloji dan sedikit mengunyah fitnah-fitnah. Dan sangat sedikit yang mengurungkan kepergiannya.  

Pada akhirnya, sebelum kenyataan berkemas. Rencana-rencana belum dihapus dan palang pintu mulai ditutup, maka perlahan suara kereta akan berfonasi. Petang itu perjalanan kereta melepas sisa-sisa bunyi yang tenggelam oleh angin barat. Dan kita belum tahu bahwa di stasiun berikutnya apakah ada taman seindah surga ataukah tumpukan batu membara yang menyisakan arang penantian.  

MALANG, 7 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun