Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menggerus Rindu

25 Februari 2020   23:00 Diperbarui: 25 Februari 2020   23:03 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://fineartamerica.com

Di dadamu aku menggerus rindu. Malam ini kau harus kutembak. Saat rembulan menutup matanya. 

Aku harus segera bergerak. Jangan sampai maling-maling mendahuluiku. Aku tak mau cinta menghardikku segenap waktu.

Kini sebelum burung hantu ketakutan, kuarahkan tembakanku tepat di dadamu. Dimana kotak ajaib menyimpan tulang rusukku yang remuk setahun lalu. 

Satu, dua, tiga. Peluru panas menerjang rinduku. Gelap terang hanya tersisa bau mesiu. Kau mulai menggelinjang lirih. Diammu membakar unggun. Geloranya menjemput pagi. Membakar cemburu mendidihkan cintaku. 

Di dadamu aku menggerus rindu. Kau terkapar dalam cintaku yang membusung lapar. Saat fajar terbelalak melihat kita, rusukku telah menjadi dadamu.


SINGOSARI, 25 Ferbuari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun