Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kita Sama dalam Vonis (Hukum)

23 Februari 2020   17:49 Diperbarui: 23 Februari 2020   17:56 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Two Lawyers Conversing, artist: Honore Daumier, koleksi The Morgan Library & Museum via artsandculture.google.com

Diamlah kawanku, dengarkan saja palu yang diketok keras-keras di meja persidangan. Di depan hukum kita semua sama, meskipun kau pencuri cinta, pendusta rindu atau menilap kasih sayang. Kau akan tetap memikul vonis yang sama.

Serius, kau jangan berisik kawanku, sembunyikan saja tanyamu, ini tentang vonis yang sama dengan kemarin. Vonis yang tak perlu kau artikan. Selalu begitu saat sidang kemarin, lusa atau besok ketika terdakwa membatu diukir cemas.

Nanti malam saat jeruji besi mulai dibuka, akan kutunjukkan rupa vonis. Meski dalam gulita, kau akan terbiasa merabanya. Kita terlanjur tahu tentang vonis. Bahkan kita hafal seribu bait kata pembelaan, sehingga sejuta keadilan harus dikubur. Setelah do'a, kita tinggalkan persidangan menuju gulita masing-masing.

Esok, mereka akan menggelar lagi sidang yang sama, kepada hukum kita dipandang sama, tapi dalam pertemuan itu kita tak berarti apa-apa, kita sama-sama kembali menekuni gulita jeruji dan mata yang terbuat dari milyaran uang dalam koper.

SINGOSARI, 23 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun