Basah hujan belumlah genap mengeringkan ingatanku. Sore tadi mendung baru saja mengakhiri lawatannya. Berbagai persoalan hidup telah dijabarkan. Mulai dari persiapan mendung menandai ikhtiar. Lalu pergumulan air yang berebut menuruni anak tangga. Semua harus antri, terikat dalam perjanjian waktu.
Termasuk kau.
Yang dari tadi hanya bercakap-cakap dengan butiran air. Mengapa kau siksa daun menahan butiran air?
Hidup kadangkala harus ikhlas. Mengantri untuk menjatuhkan air mata. Itu kataku. Jika kau menurut, buanglah khayalmu. Tak ada yang menguasai kita selain Tuhan.
Seperti butiran air di daun. Diam-diam kita hanya antri menunggu tergelincir. Semua sudah terikat dalam perjanjian waktu. Agar pergumulan air bisa menuruni tangga kembali. Lalu ada air mata yang kembali menetes ke bumi.
SINGOSARI, 3 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H