Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bidadari Kesunyian

9 Januari 2020   20:15 Diperbarui: 12 Januari 2020   09:15 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan itu terdiam biru.
Malam telah menyatukan gigil.
Melebarkan dekapan kabut
Bait-bait sunyi seperti jala,
menebar perangkap tak bisa bergerak.

Ini benar-benar senyap,
gelap, pengap dan tak bersayap.

Datanglah lelaki dengan tertatih.
Mulutnya berbuih.
"Kau siapa ?" tanya lelaki itu.

Perempuan itu tetap biru, lukanya
menyeruak dari bilik hati.

Luka itu menggenggam belati sunyi,
diacungkan pada lelaki seraya berkata:

"Sini kau, rasakan ini, sunyi akan mengoyak hatimu."  


SINGOSARI, 9 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun