Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

100 Kalender Bidadari

1 Januari 2020   22:55 Diperbarui: 5 Januari 2020   20:32 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.mainavegalleria.com

"Apakah itu suara gerimis?" tanyaku pada sunyi. "Ya tepat sekali, ada apa?" balas sunyi.

"Tak apa-apa, itu artinya aku ada di tahun baru, tahun dimana gigiku sudah tanggal merata, rambutku berwarna perak, dan penglihatanku tertutup gerimis."

Lalu sunyi pergi mendadak ke belakang, ia gulung semua kalender lama, dan menggantungkan kalender baru pada harapan. Aku menunggunya sambil meremas jemariku, menahan gigil dan lambung yang semakin kempis.

"Mengapa kau lama kembali ke kamar ini?" tanyaku pada sunyi. "Aku sedang berselisih dengan malaikat" balas sunyi. "Selisih tentang apa?" aku keheranan dan bangkit menyodorkan tanya. "Seratus bidadari telah lama mendekap kalender dari umurmu?" jawab sunyi singkat.

"Jadi, aku harus bagaimana?" pintaku penuh harap. Kamarku sekejap hening, kucari sunyi di setiap sudut kenangan, tak kutemui apapun. "Aku telah mencabut sunyi, kini hanya kau seorang diri" kata Malaikat seraya berdiri di pintu kamarku. 

Sebelum terpejam, suara gerimis menjadi hujan deras, nampak petir menjatuhkan kalender dari langit bertubi-tubi.


SINGOSARI, 1 Januari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun